Jumat, 29 Juni 2012

Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis



File Download : Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis


Apakah engkau  tidak  tahu wahai  Muhammad,  bahwa kebohongan  itu berasal  dariku.  Akulah
orang   yang   pertama   kali   berbohong.   Barangsiapa   berbohong,   dia   adalah   temanku,   dan
barangsiapa berbohong kepada Allah, dia adalah kekasihku. Apakah engkau tidak tahu, bahwa
aku bersumpah kepada Adam dan Hawa,   “  Demi  Allah aku adalah penasihat  kamu berdua”.
Maka,  sumpah palsu merupakan kesenangan hatiku,  ghibah,  membicarakan kejelekan orang
lain, dan namimah, meng-adu domba adalah buah kesukaanku, melihat yang jelek-jelek adalah
kesukaan   dan   kesenanganku.   Barangsiapa   thalaq,   bersumpah   untuk   cerai,   dia  mendekati
perbuatan dosa,  meskipun hanya sekali,  dan meskipun  ia benar.  Barangsiapa membiasakan
lisannya dengan ucapan cerai,   istrinya menjadi  haram baginya.  Jika mereka masih memiliki
keturunan sampai  hari  kiyamat,  maka anak mereka semuanya adalah anak-anak hasil  zina.
Mereka masuk neraka hanya karena satu kata saja.

Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang meng-akhirkan shalat barang satu
dua  jam.  Setiap kali  mau shalat,  aku  temani  dia dan aku goda dia.  Kemudian aku katakan
kepadanya:” Masih ada waktu, sementara engkau sibuk”. Sehingga dia mengakhirkan shalatnya
dan mengerjakannya  tidak pada waktunya,  maka Tuhan memukul  wajahnya.  Jika  ia menang
atasku,  maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya  lupa waktu shalat.  Jika  ia menang
atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,’ Lihatlah
kiri-kanan’, lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara
kedua   matanya   dan   aku   katakan   kepadanya,’   Aku   telah   menyuruh   apa   yang   tidak   baik
selamanya’.  Dan engkau sendiri   tahu wahai  Muhammad,  siapa yang sering menoleh dalam
shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.

Jika  ia menang atasku dalam hal  shalat,  ketika shalat  sendirian,  aku perintahkan dia untuk
tergesa-gesa. Maka ia ‘mencucuk’ shalat seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa.
Jika ia menang atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan ‘lijam’ [cambuk]
lalu   aku   angkat   kepalanya   sebelum  imam mengangkat   kepalanya.  Aku   letakkan   ia   hingga
mendahului   imam. Kamu  tahu bahwa siapa yang melakukan itu,  batal-lah shalatnya dan Allah
akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti.

Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari-jarinya ketika shalat
sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat. Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai
dia menguap. Jika ia tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya  dan
dengan begitu ia bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang
setia.

Bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin untuk meninggalkan shalat.
Aku katakan kepadanya,’ Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang
yang mendapatkan ni’mat  dari  Allah’.    Aku katakan kepada orang yang sakit   :” Tinggalkanlah
shalat,  sebab  ia  tidak wajib atasmu.  Shalat  hanya wajib atas orang yang sehat,  karena Allah
berkata :” Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi
orang   sakit,
Demikianlah   Allah   menjelaskan   ayat-ayat(Nya)   bagimu,   agar   kamu
memahaminya.  (QS.  24:61) Tidak ada dosa bagi  orang yang sakit.  Jika kamu sembuh,  kamu
harus   shalat   yang   diwajibkan”.   Sampai   dia  mati   dalam  keadaan   kafir.   Jika   dia  mati   dan
meninggalkan   shalat   ketika   sakit,   dia   bertemu  Tuhan   dan  Tuhan  marah   kepadanya.  Wahai
Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku jadi
pasir.    Wahai   Muhammad,  bagaimana   engkau   bahagia   melihat   umatmu,   sementara   aku
mengeluarkan seper-enam umatmu dari Islam.

File Download : Dialog Nabi Muhammad SAW Dengan Iblis

http://www.rajaebookgratis.com

0 komentar:

Posting Komentar